Assalamualaikum Wb.Wb
Apakah Anda pernah mendapat dorongan yang kuat untuk menyalakan api dan merasa puas setelah api membakar? Jika iya, bisa saja Anda memiliki gangguan pyromania.
Bila kebanyakan orang takut dengan api, penderita pyromania justru bertolak belakang. Meski gangguan ini jarang terjadi, namun penting bagi Anda untuk mengenalnya lebih jauh.
Apa itu pyromania?
Pyromania adalah gangguan kontrol impuls di mana seseorang tidak mampu menahan dorongan untuk menyalakan api meski tahu bahwa tindakan tersebut berbahaya. Orang dengan gangguan ini bisa menunjukkan tanda-tanda yang dimulai pada masa pubertas dan berlangsung hingga dewasa. Adapun tanda-tanda yang bisa muncul pada penderita pyromania, yaitu:
1. Bermain api dengan frekuensi yang cukup sering, kurang lebih dalam 6 minggu
2. Tak bisa mengendalikan diri untuk tidak menyalakan api
3. Memiliki daya tarik yang kuat terhadap api dan perlengkapan pengaturan api
4. Merasa senang dan lega saat menyalakan atau melihat api
5. Senang menonton kebakaran atau menyalakan alarm kebakaran
Orang dengan pyromania mungkin akan membuat persiapan yang matang untuk mengatur kebakaran. Selain itu, ia juga tak akan memikirkan kerugian fisik atau finansial akibat perbuatannya tersebut karena yang terpenting untuknya yaitu memperoleh kesenangan.
Sementara, beberapa penelitian mengatakan bahwa orang dengan pyromania akan melepaskan emosinya setelah menyalakan api, namun ia juga mungkin akan merasa bersalah terutama saat mencoba melawan impulsnya.
Perlu Anda ketahui jika penyebab pasti dari pyromania belum diketahui. Namun, sama seperti kondisi kesehatan mental lainnya, kondisi ini juga dikaitkan dengan ketidakseimbangan bahan kimia otak, stresor (pengalaman atau situasi penuh tekanan), atau genetik.
Meski begitu, gangguan ini lebih umum terjadi pada orang yang memiliki ketidakmampuan dalam belajar atau keterampilan sosial. Di samping itu, faktor lingkungan juga dianggap ikut berperan terhadap gangguan ini.
Bagaimana pyromania didiagnosis?
Pyromania jarang didiagnosis karena memiliki kriteria diagnostik yang ketat dan kurangnya penelitian. Selain itu, penderitanya juga jarang mencari bantuan.
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa hanya ada 3-6% orang di rumah sakit jiwa yang memenuhi kriteria diagnosis. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), seseorang dapat didiagnosis menderita pyromania jika menunjukkan kriteria berikut:
1. Senang bermain api dengan sengaja lebih dari satu kali
2. Merasa sangat tegang sebelum menyalakan api dan merasa lega setelah melakukannya
3. Memiliki ketertarikan yang kuat dengan api maupun benda atau situasi yang berhubungan dengan api
4. Merasa senang saat menyalakan atau menyaksikan api
5. Memiliki gejala yang mungkin berbeda dari gangguan mental lain
Di samping itu, penderita pyromania hanya dapat disebut mengalami gangguan jika menyalakan api bukan untuk menerima keuntungan misalnya berupa uang, mengekspresikan kemarahan atau pembalasan, menutupi tindak pidana lain, mendapatkan asuransi atau sedang berada dalam keadaan mabuk atau berhalusinasi.
Gejala pyromania
Pyromania memiliki gejala yang sangat berhubungan dengan api. Mereka akan mencari, membuat, dan menyalakan api setidaknya dalam kurun waktu enam minggu sekali. Berikut tanda dan gejala seseorang memiliki pyromania:
1. Memiliki dorongan yang besar untuk menyalakan api
2. Memiliki ketertarikan yang tinggi terdahap api dan peralatan untuk membuat api
3. Selalu sengaja menyalakan api untuk alasan apa pun
4. Menyalakan api berkali-kali
5. Memiliki gejala gangguan mental lain, seperti episode maniak dan gangguan kepribadian antisosial
Penyebab pyromania
Penyebab seseorang bisa sangat suka terhadap api sebenarnya belum bisa diketahui dengan jelas. Para pakar menyakini gangguan ini terjadi karena adanya kondisi kejiwaan yang lain. Sebut saja gangguan mood hingga penyalahgunaan obat terlarang.
Faktor lain yang mungkin terjai adalah genetika dari orang tersebut. Ada jenis hormon dopamin dan serotonin yang membantu orang yang impuls saat melihat api. Namun, bisa juga hal ini didasari oleh faktor lainnya, seperti pelecehan seksual hingga gangguan keterampilan bersosialisasi.
Cara mengatasi pyromania
Gangguan pyromania bisa menjadi kronis jika tidak diobati. Oleh sebab itu, sangat penting untuk segera mencari bantuan jika Anda merasa memilikinya. Kombinasi terapi dipercaya dapat mengatasi permasalahan ini.
Beberapa hal yang dilakukan perawatan yang bervariasi sehingga perlu waktu dalam menemukan mana yang terbaik untuk Anda. Adapun perawatan yang mungkin akan diberikan, sebagai berikut:
1. Terapi perilaku kognitif yang dapat membantu mengendalikan impuls
2. Terapi perilaku lain
Antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
3. Obat anti-kecemasan
4. Obat anti-epilepsi
5. Antipsikotik atipikal
6. Lithium
7. Anti-androgen
Perawatan sesegera mungkin terhadap orang dengan pyromania baik untuk menghindari risiko cedera, kerusakan properti, kecacatan atau bahkan kematian. Dukungan keluarga juga dibutuhkan untuk membantunya memahami gangguan tersebut dan membuatnya merasa tetap aman.
Sementara jika seorang anak yang mengalami pyromania, maka konseling orang tua juga mungkin diperlukan. Sebab anak tetap harus didampingi oleh orangtuanya agar dapat segera sembuh dari gangguan tersebut. Tak perlu ragu untuk meminta bantuan ahlinya kejiwaan agar gangguan tersebut tidak terus berlanjut dan menguasai diri Anda.
Jika Anda ingin bertanya lebih jauh tentang program terapi di klinik hati atau membutuhkan saran layanan terapi lainnya, Anda juga bisa berkonsultasi dengan kami secara online. Penyakit yang tidak kunjung sembuh atau ada saudara teman anda yang sedang sakit. Bisa datang kepada kami, dengan perantara Kami Insya Allah sembuh atas ijin Allah SWT.
Info Lebih Lanjut Hub : 0821 1541 1233
Kesembuhan Datang dari Allah Keselamatan dan Kepuasan Pasien Tanggung Jawab Kami.
Semoga Allah memberkahi hari ini dan Allah mudahkan setiap urusan, memberikan rezeki yang halal dan baik, melapangkan hati, dan meringankan langkah kita dalam kebaikan. Dan semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat, sabar dan bersyukur.
Sekian dan terimakasih atas waktunya.
Wa'alaikumsalam Wr. Wb.
0 Komentar
Terimakasih Atas Kritik Dan Sarannya