Pengobatan Gangguan Terlambat Bicara Dengan Terapi Wicara Di Klinik Hati



 Assalamualaikum Wb.Wb


Para ahli sepakat mengenai tidak ada patokan usia yang pasti untuk mendiagnosis keterlambatan bicara. Kekhawatiran orangtua adalah salah satu indikasi awal yang dapat digunakan untuk segera memeriksakan anak.


Terapi wicara dibutuhkan ketika anak memiliki hambatan kemampuan bicara yang tidak sesuai dengan usianya. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara serta memahami dan mengekspresikan bahasa.


Apa Itu Terapi Wicara?

Terapi wicara merupakan terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah bicara, khususnya pada anak. Terapi wicara bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara dan mengekspresikan bahasa pada anak. Selain bahasa yang bersifat verbal, terapi ini juga melatih bentuk bahasa nonverbal. Terapi wicara sendiri mengembangkan dua hal untuk hasil yang optimal.


Bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa reseptif yang merupakan kemampuan untuk mengerti, dan bahasa ekspresif, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan ide. Sedangkan berbicara adalah produk verbal dari bahasa. Selain verbal, juga dikenal bahasa nonverbal, seperti bahasa isyarat, menggunakan gambar, atau media lainnya.


Terapi wicara terapi yang dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi, seperti keterlambatan berbicara pada anak (speech delay) hingga gangguan berbahasa seperti afasia. Selain itu, terapi wicara juga dapat digunakan untuk membantu mengatasi berbagai gangguan makan dan menelan.


Sejauh ini, terapi wicara identik sebagai pengobatan pasien pasca stroke, hal ini tidaklah sepenuhnya salah. Terapi wicara memang mampu membantu mengatasi afasia, yaitu sebuah gangguan berbahasa yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, yang mana sering terjadi setelah serangan stroke, cedera kepala atau akibat tumor otak atau penyakit lainnya. Namun, jangan lupakan manfaat lain dari terapi wicara, salah satunya adalah untuk mengatasi problem komunikasi pada anak.


Permasalahan paling umum dari gangguan komunikasi adalah keterlambatan bicara (speech & language delay). Banyak orang tua yang merasa khawatir terhadap perkembangan kemampuan bicara dan berkomunikasi yang dimiliki oleh buah hatinya, terapi wicara pun menjadi pilihan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Terlebih, terapi wicara merupakan suatu proses terapi yang tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak membutuhkan prosedur medis yang rumit sehingga tidak menimbulkan rasa takut pada anak.


Gangguan bicara reseptif terjadi jika anak tidak dapat mengerti perkataan orang lain, sedangkan gangguan bicara ekspresif terjadi jika anak tampak mengerti apa yang dikatakan orang, tetapi tidak mampu memberi respons.


Mengidentifikasi keterlambatan bicara anak

Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya keterlambatan bicara anak, tentunya perlu diketahui tahapan perkembangan anak yang normal terlebih dulu. Berikut panduannya secara umum:


Bayi 1 tahun mampu untuk:

- Mencari dan menoleh ke arah sumber suara

- Bereaksi saat namanya disebut

Melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal

- Jika anda menunjuk sesuatu, anak menoleh ke arah yang dituju

- Berbicara bergantian, mendengarkan saat Anda berbicara

- Mengatakan “pa-pa” atau “ma-ma”

- Mengucapkan setidaknya 1 kata

Antara 1-2 tahun, bayi mampu:

- Mengikuti instruksi sederhana

- Menunjuk beberapa bagian tubuh sesuai instruksi

- Menunjuk benda yang membuatnya tertarik untuk menunjukkannya kepada Anda

- Belajar 1 kata baru setiap minggu di usia 18-24 bulan

Di usia 2 tahun, anak mampu:

- Mengikuti perintah verbal sederhana

- Mampu mengucapkan 50-100 kata

- Mampu membuat kalimat setidaknya dari 2 kata

Sebagian besar ucapannya dapat dimengerti oleh orang lain

Penting untuk mengetahui kapan penanganan lebih jauh perlu diberikan kepada anak yang tampak memiliki keterlambatan berbicara. Berikut adalah gejala-gejala umum pada keterlambatan bicara:

- Tidak babbling atau tidak mengucapkan setidaknya tiga kata sampai usia 15 bulan

- Tidak berbicara, atau tidak mampu mengucapkan setidaknya 25 kata sampai usia 2 tahun

- Tidak mampu membuat kalimat sederhana, tidak mengerti perintah sederhana di usia 3 tahun

- Sulit memahami instruksi

- Pengucapan dan artikulasi kata yang tidak baik

- Sulit merangkai kata

- Tidak mampu membuat kalimat lengkap Terapi Wicara untuk Mengatasi Keterlambatan Bicara Anak

Terapi wicara ampuh atasi keterlambatan bicara anak, dan efektivitasnya bergantung pada penyebab dasar masalah. Terapi wicara terbukti efektif untuk anak dengan kesulitan bicara ekspresif, tetapi tidak cukup efektif mengatasi kesulitan bicara reseptif. Berikut adalah jenis-jenis terapi wicara yang bisa dijalani oleh anak: 


1. Terapi wicara untuk anak yang terlambat bicara

Pada dasarnya, terapi dilakukan untuk merangsang anak untuk berbicara. Terapis akan mencoba berbagai cara seperti mengajak anak bermain, memperkenalkan kartu bergambar, atau bahasa isyarat.


2. Terapi untuk anak dengan apraxia

Apraxia adalah kesulitan untuk mengucapkan suku kata tertentu. Anak mengetahui kata yang ingin diucapkan, tetapi tidak dapat menyebutkannya dengan benar. Terapi yang intensif dibutuhkan untuk membantu mengatasi apraxia. Terapis dapat membantu anak untuk mengerti respons pendengaran, visual, atau sentuhan. Misalnya dengan melatih anak berbicara di depan cermin atau dengan merekam suaranya.


3. Terapi untuk gagap (stuttering)

Dalam masalah gagap, terapis akan mencoba untuk melatih anak berbicara lebih pelan dan jelas karena berbicara terlalu cepat seringkali membuat gagap lebih berat.


Berhasil tidaknya seorang anak dengan keterlambatan bicara untuk berbicara dan berkomunikasi secara normal sangat bergantung pada tipe kelainan dan penyebabnya. Secara umum, hasil yang lebih baik akan didapat jika dilakukan deteksi dan intervensi sedini mungkin.


Bagaimana prosedur terapi wicara?

Proses terapi wicara diawali dengan melakukan screening terhadap kondisi anak, misalnya terkait kemampuan bicara dan berkomunikasi bila dibandingkan dengan standar kemampuan pada tahapan usianya serta penyakit atau kondisi khusus yang mungkin dimiliki oleh anak dan mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, seperti gangguan pendengaran, tingkat kecerdasan, hingga stimulasi lingkungan terhadap kemampuan berbicara anak. Hasil dari proses ini akan digunakan sebagai dasar analisa apakah anak tersebut masih dalam rentang kemampuan bicara yang normal pada tahapan usianya atau memang mengalami keterlambatan bicara dan membutuhkan terapi wicara. Hasil dari proses ini juga akan menentukan rencana terapi dijalankan oleh anak serta durasi dari rangkaian terapi.


Hal yang pertama adalah mengoptimalkan koordinasi mulut agar dapat menghasilkan suara untuk membentuk kata-kata. Olah mulut ini merupakan tahapan yang cukup penting. Tujuannya agar pasien bisa membuat kalimat lancar, artikulasi yang jelas dan volume suara yang cukup. Hal yang kedua adalah mengembangkan pemahaman berbahasa dan upaya mengekspresikan bahasa.


Terapi wicara dilakukan dengan menggabungkan sesi dan program terapi bersama terapis serta bantuan alat untuk menstimulasi otot-otot bicara dan otot-otot menelan, sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal. Pada anak, sesi dan program dilakukan dengan menggunakan bantuan alat lainnya seperti boneka tangan, kartu-kartu, hingga mainan yang akan memudahkan anak untuk merasa nyaman ketika melakukan sesi terapi.


Proses Terapi Wicara oleh Profesional

Terapi wicara bisa dilakukan, baik oleh terapis profesional di klinik terapi wicara maupun oleh orangtua sendiri di rumah. Bila ibu memutuskan untuk membawa Si Kecil ke terapi profesional, maka terapis akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab anak mengalami keterlambatan berbicara. Berikut beberapa pemeriksaan yang biasanya akan dilakukan oleh terapis wicara:


Pemeriksaan Mekanisme Mulut dan Sekitarnya. Dalam pemeriksaan ini, terapis akan melihat bentuk, kekuatan, dan pergerakan dari bibir, langit-langit, gigi, lidah, dan gusi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa faktor yang menjadi penyebab kelainan dalam berbicara bukan disebabkan oleh struktur dari alat berbicara tersebut.


Pemeriksaan Artikulasi (Pengucapan) Anak. Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai kemampuan anak dalam mengucapkan huruf-huruf konsonan dalam bahasa Indonesia. Biasanya terapis akan menggunakan gambar atau tulisan yang mewakili konsonan tertentu.


Pemeriksaan Kemampuan Pemahaman dan Pengungkapan secara Verbal (Ekspresif). Misalnya dengan menanyakan “mana mulut?”, yang kemudian akan dijawab anak dengan cara langsung menunjuk mulutnya. Terapis juga akan bertanya “ini apa?”, kemudian anak dapat menjawab pertanyaan tersebut secara verbal. Umumnya, anak berusia 2 tahun sudah menguasai sedikitnya 300 kosa kata.


Evaluasi Suara. Suara anak akan dilihat dari nadanya (pitch) biasanya dari rendah ke tinggi, kualitas (apakah suara serak), kekencangannya (loudness), dan resonansi (misalnya, sengau).


Evaluasi Kelancaran Berbicara. Tujuannya adalah untuk menilai apakah anak gagap atau tidak.


Evaluasi Formal Pendengaran. Meskipun pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh ahli THT, namun terapis wicara juga bisa melakukannya untuk mengetahui apakah masalah pada kemampuan bicara anak disebabkan oleh adanya gangguan pada pendengaran.


Setelah mendapatkan hasil analisa, terapis akan membuat suatu perencanaan terapi yang disebut sebagai Individualized Educational Plan (IEP).


Kenapa Melakukan Terapi Wicara?

Kebanyakan yang melakukan terapi wicara adalah anak-anak. Hal ini karena banyak anak-anak yang terlambat bicara. Meski begitu, sebenarnya terapi wicara tak hanya ditujukan untuk anak-anak yang mengidap gangguan bicara atau kesulitan dalam memahami bahasa. Sebab, terapi wicara kini juga bisa dilakukan untuk membantu mengatasi kondisi-kondisi lain. Misalnya, gangguan menelan.


Berikut beberapa kriteria gangguan bicara pada anak-anak yang membutuhkan terapi wicara:


1. Ketidaklancaran Berbicara

Anak bisa dikatakan tidak lancar berbicara bila dia mengulangi suku kata atau ucapannya terhenti di huruf-huruf tertentu. Kondisi ini sering disebut juga sebagai gagap.


2. Gangguan dalam Artikulasi

Terapi wicara diperlukan bila anak kesulitan dalam menghasilkan suara atau mengucapkan suku kata tertentu secara jelas, sehingga orang lain sering kali tidak mengerti apa yang dikatakannya.


3. Ketidakjelasan Suara atau Resonansi

Anak yang mengalami gangguan ini biasanya akan merasa tidak nyaman atau kesakitan saat dia berbicara. Anak yang memiliki suara atau resonansi yang tidak jelas juga berbicara dengan volume yang cenderung kecil dan suara yang dikeluarkan tidak jelas.


Selain gangguan dalam pengucapan, anak-anak yang mengalami gangguan dalam menerima perkataan orang lain maupun mengekspresikan bahasa juga perlu melakukan terapi wicara.


4. Gangguan Kosa Kata

Anak sulit menempatkan kata secara bersamaan untuk membentuk kalimat. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya jumlah kosa kata yang diketahui anak atau ketidakmampuan anak menempatkan kata-kata secara tepat dalam suatu pembicaraan.


5. Gangguan Kognitif

Gangguan kognitif memengaruhi kemampuan anak dalam membedakan, mengatur, dan memecahkan masalah yang dia hadapi. Anak dengan gangguan ini juga sulit berkomunikasi karena adanya gangguan memori, perhatian, dan persepsi.


6. Autisme

Terapis mungkin akan merekomendasikan terapi ini pada anak yang mengidap autisme. Sebab autisme dapat membuat pengidapnya mengalami gangguan bicara dan berkomunikasi nonverbal.


7. Mutisme

Anak yang mengidap kondisi ini memang bisa berbicara normal ketika berada di rumah. Namun, mereka mungkin enggan berbicara dengan orang lain sama sekali ketika berada di tempat umum, contohnya sekolah.


8. Kesulitan Memahami atau Mengolah Bahasa

Terapi wicara juga bisa membantu anak-anak yang sulit memahami perkataan atau pembicaraan orang lain, atau pula perintah sederhana.


Kapan Harus Melakukan Terapi Wicara?

Untuk hasil yang maksimal, terapi wicara seharusnya dilakukan sendini mungkin. Misalnya, bila anak sudah berusia enam bulan, tapi masih belum bisa mengucapkan suara vokal, sebaiknya segera bicarakan kepada terapis. Periksakan juga pada terapis bila Si Kecil belum bisa mengucapkan satu kata sederhana pun di usia 12 bulan.


Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, seperti merasa malu, cemas, atau karena tidak suka bersosialisasi dengan orang lain. Kondisi ini dinamakan mutisme selektif. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan psikoterapi, dan juga terapi wicara


Selain untuk mengatasi gangguan kemampuan anak dalam berbahasa, terapi ini bisa diterapkan kepada anak-anak penderita penyakit tertentu, misalnya disfagia. Disfagia adalah gangguan saat mengunyah, menelan, batuk saat makan, tersedak ketika makan, dan susah mengelola makanan.


Agar tidak terlambat, sebaiknya terapi wicara dapat dilakukan sedini mungkin ketika anak mengalami kesulitan bicara. Jangan ragu untuk memeriksakan anak ke klinik hati nurul iman cilacap jika ia belum bisa mengucapkan satu kata sederhana pun di usia 12 bulan atau ada hambatan lain pada tumbuh kembangnya.


Apa yang perlu diperhatikan pada saat terapi wicara?

Sesi terapi wicara tidak hanya berfokus kepada pasien, namun juga kepada pendamping atau orang-orang yang nantinya akan berinteraksi dengan pasien di kehidupan sehari-hari. Para pendamping diberikan edukasi tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk menstimulasi kemampuan komunikasi atau kemampuan menelan pada pasien sehingga dapat melakukan stimulasi mandiri di rumah ketika menunggu sesi terapi selanjutnya. Edukasi tentang milestone kemampuan komunikasi juga diberikan agar para pendamping sesi terapi dapat melihat seberapa jauh kemajuan kemampuan pasien terapi dan seberapa dekat dengan standar kemampuan normal. Hal ini dikarenakan stimulasi memegang peranan penting dalam proses terapi wicara, stimulasi yang tepat dan kontinu dapat membantu meningkatkan kemampuan dengan pesat dan mempertahankan kemajuan yang didapat dari sesi terapi. Terapi ini membutuhkan kerjasama antara terapis serta pendamping di rumah karena terapi wicara merupakan jenis terapi yang membutuhkan repetisi serta pembiasaan yang kontinu agar hasilnya maksimal.


Demikian itulah serba-serbi terapi wicara yang perlu Anda ketahui, menemukan dan menjalankan terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan Anda dan orang tersayang tentunya dapat membantu meningkatkan kenyamanan serta kualitas hidup Anda dan keluarga. 


Tips yang Perlu Dilakukan Saat Terapi Wicara

Peran orangtua juga sangat penting agar terapi wicara bisa berjalan dengan maksimal. Berikut adalah beberapa hal yang bisa ibu lakukan saat terapi wicara:


1. Semangati Anak

Dukungan dari ibu sangat lah berarti untuk Si Kecil, bahkan bisa membantu kesuksesan Si Kecil dalam berbicara. Jadi, berilah dukungan pada anak dengan menemaninya sepanjang terapi wicara berlangsung, tidak lelah memberikan semangat, dan sabar dengan perkembangan wicara Si Kecil.


2. Tidak Ikut Membantu

Walaupun Si Kecil mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab pertanyaan dari terapis ataupun dalam berkata-kata, ibu tetap tidak dianjurkan untuk ikut membantu anak dengan memberikan jawaban. Biarkan anak berusaha sendiri dalam menjawab pertanyaan. Peran ibu hanyalah untuk menemani dan mendukungnya saja.


3. Sediakan Asupan Bernutrisi

Agar kesehatan Si Kecil tetap terjaga, bawakanlah camilan sehat dan air putih yang cukup buat bekal Si Kecil selama mengikuti terapi wicara. Dengan mengonsumsi makanan bernutrisi dan minum air putih yang cukup, Si Kecil dapat belajar berbicara dengan optimal.


4. Bekerja Sama dengan Terapis

Setelah selesai terapi, bicarakanlah dengan terapis mengenai perkembangan Si Kecil dan lakukan apa yang disarankan oleh terapis wicara untuk membantu proses perkembangan kemampuan bicara Si Kecil.


Jika anda mempunyai penyakit yang tidak kunjung sembuh atau ada saudara teman anda yang sedang sakit. Datanglah kepada kami, dengan perantara Kami Insya Allah sembuh atas ijin Allah SWT.


Info Lebih Lanjut Hub : 0821 1541 1233



Kesembuhan Datang dari Allah Keselamatan dan Kepuasan Pasien Tanggung Jawab Kami ⁣⁣⁣⁣


Semoga Allah memberkahi hari ini dan Allah mudahkan setiap urusan, memberikan rezeki yang halal dan baik,  melapangkan hati, dan meringankan langkah kita dalam kebaikan. Dan semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat, sabar dan bersyukur.



Sekian dan terimakasih atas waktunya



Wa'alaikumsalam Wr. Wb.


0 Komentar